Friday, February 5, 2010

Patung Gus Dur


ADA empat patung Gus Dur di Studio Mendut, Mungkid, Kabupaten Magelang. Dari keempat karya seniman lima gunung itu semuanya memvisualkan Gus Dur, meski hakikatnya berbeda. Sosok mantan Presiden ke-4 RI itu dieksplorasi dan diterjemahkan berbeda-beda.
Setidaknya itu juga mewakili sikap pluralisme KH Abdurahman Wahid yang selama ini dikenal gigih mengemas keragaman dan keberagamaan menjadi harmoni di negeri ini.
Pameran patung dan lukisan itu adalah bagian dari peringatan 40 hari meninggalnya Sang Guru Bangsa. Pembukaan acara pameran bersamaan dengan ulang tahun ke-55 pemilik Studio Mendut, Sutanto Mendut, kemarin. 
Kecerdasan pikiran dan pandangan keilmuan Gus Dur digambarkan oleh Pemahat Keron Sawangan Sujono dalam sebuah patung yang bertabur kaligrafi. Patung setengah badan, berkepala Gus Dur lengkap dengan kacamata tebalnya.
Patung yang berjudul ”Gladiator Gus Dur” di bagian tubuhnya bertuliskan kaligrafi penggalan ayat Alquran, ”Afala Tadabbarun” (apakah kamu tidak mengamati/ menganalisis), ”Afala Ta’qilun” (apakah kamu tidak memakai akal), dan ”Afala Tatafakkarun” (apakah kamu tidak berfikir).
”Ini sebuah refleksi paling mendalam dari Gus Dur. Sebagai sosok yang cerdas dan kritis,” kata Sujono seniman dari Keron Sawangan.
Kecerdasan mata hati bapak pluralisme diungkapkan dalam karya patung Cipto. Patung wajah Gus Dur bertubuh Buddha dengan sikap semedi, di dadanya ada lubang lampu berwarna hijau, pengkarya memberinya judul ”Mata Hati Gus Dur”.
”Sebagai umat Islam, Gus Dur mengagumi sosok Buddha Gautama yang penuh cinta kasih kepada sesama manusia dengan ajaran kearifan hidup dengan alam semesta,” kata Cipto, pegiat seni di Komunitas Seniman Borobdur Indonesia (KSBI).
Pemahat Lereng Merapi Ismanto menampilkan karya ”Gunung Gus Dur”. Dia mengkolaborasikan wajah Semar dan Gus Dur. Kemudian di tubuhnya dia memahat relief berbagai macam binatang yang hidup di hutan. Termasuk pohon-pohon dan rumba-rumbanya.
 ”Semar sebagai sosok sang pamomong, begitulah Gus Dur yang menggembala masyarakat di negeri ini. Dia memperjuangkan kepentingan wong cilik, wong ndesa kaum terpinggirkan. Dekat dengan masyarakat kecil,” katanya. 
Karya lainnya, milik Syamsudin berjudul ”Presiden di Sarang Penyamun”. Gus Dur divisualkan sedang nungging kemudian di dadanya bertuliskan kaligrafi, Islam rahmatan lil alamin. Sebuah simbol humanisme dan pluralisme terlihat dalam karya itu.
Ada juga karya menggelitik, yakni lukisan kaca karya Nugroho yang berjudul ”Gus Dur Juara Satu Surga”. Wajah Gus Dur dikelilingi seluruh mantan Presiden RI. Di antara presiden itu yang dianggap nomor satu masuk surga adalah Gus Dur.
Mami Kato, istri Petinggi Komunitas Lima Gunung, mempersembahkan karya lukisan berjudul Gus Dur itu Saja. Wajah bapak demokrasi itu dikelilingi binantang melata cicak dan buaya.
Acara itu juga dihadiri antara lain Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Gus Yusuf, mantan Mendagri H Mardiyanto, Deddy Langgeng, penyair perempuan Dorothea Rosa Herliany. Dalam kesempatan tersebut, budayawan Soetrisman juga merayakan ulang tahun berbarengan dengan Sutanto.
Gelar karya kali ini, kata Sutanto, bertemakan ”Kontro-tesis Gusdurisme”. Komunitas gunung menerjemahkan sebagai Guru Bangsa yang mendidik masyarakat lebih cerdas, memiliki jiwa pemberani, menegakkan demokrasi, pejuang humanisme dan pluralisme.
”Komunitas Gunung bukan beraliran Gusdurian. Kami di tengah-tengah di antara pendukung dan mereka yang berseberangan. Kami mengikuti beliau karena mampu menerjemahkan Islam rahmatan lil alamin untuk kedamaian dunia ini,” katanya. 

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar ria,,asalkan yang sopan dan jangan spam

 

Hot Indo. Copyright 2008 All Rights Reserved Hot-Ind0 | Search phones | key health care blog | Finished Basement Ideas | home improvement